(ysalaam.blogspot.com) Al Quran telah menyebutkan kepada kita
taubat Nabi-nabi dan orang-orang yang saleh atas perbuatan salah mereka. Mereka
segera menyesal, bertaubat dan beristighfar dari kesalahan itu. Dengan berharap
agar Allah SWT mengampuni dan meneriman taubat mereka.
Pemimpin orang-orang yang taubat adalah
nenek moyang manusia, Adam a.s. Yang telah Allah SWT jadikan dia dengan
tangan-Nya dan meniupkan ke dalam dirinya secercah dari ruh-Nya, memerintahkan
malaikat untuk sujud kepadanya, mengajarkan kepadanya seluruh nama-nama, serta
menampilkan keutamaannya atas malaikat dengan ilmu pengetahuannya. Namun Adam
yang selamat dalam ujian ilmu pengetahuan, tidak selamat dalam "term pertama"
ujian iradah (mengekang hawa nafsu). Allah SWT mengujinya dengan beban pertama
yang ditanggungkan kepadanya. Yaitu melarang untuk memakan suatu pohon. Hanya
satu pohon yang dilarang untuk dimakannya, sementara memberikan kebebasan
baginya untuk memakan seluruh pohon surga sesuka hatinya, bersama isterinya. Di
sini tampak ia tidak dapat menahan keinginan pribadinya, serta melupakan
larangan Rabbnya dengan dipengaruhi bujuk rayu syaitan dan tipu dayanya,
sehingga dia pun memakannya dan dia pun terjatuh dalam kemaksiatan. Namun
secepatnya dia mencuci dan membersihkan dirinya dari bekas-bekas dosa itu,
dengan taubat dan istighfar.
"Dan durhakalah Adam kepada Tuhan dan sesatlah ia. Kemudian Tuhannya memilihnya maka Dia menerima taubatnya dan memberinya petunjuk." (QS. Thaaha: 121-122)
Al Quran menceritakan kepada kita
tentang taubat Musa yang dipilih Allah untuk membawa risalah-Nya dan menerima
kalam-Nya. Serta Allah SWT menurunkan taurat kepadanya, menjadikannya sebagai
salah satu ulul 'azmi dari sekian rasul, serta membekalinya dengan sembilan
ayat-ayat penjelas. Namun ia telah melakukan dosa sebelum mendapatkan risalah.
Yaitu karena menuruti permintaan seseorang dari kaumnya yang sedang bertengkar
dengan kaum Fir'aun untuk membantunya, maka kemudian Musa memukulnya dan orang
itupun tewas seketika.
"Musa berkata: Ini adalah perbuatan syaitan sesungguhnya syaitan adalah musuh yang menyesatkan, lagi nyata (permusuhannya). Musa mendo'a: Ya Tuhanku, sesungguhya aku telah menganiaya diriku sendiri, karena itu ampunilah aku. Maka Allah mengampuninya, sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. al Qashash: 15-16)
Beliau juga telah melakukan kesalahan
setelah menerima risalah, ketika beliau berkata:
"Berkatalah Musa: Ya Tuhanku, tampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku melihat kepada Engkau. Tuhan berfirman: Kamu sekali-kali tidak sanggup melihatKu, tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sedia kala) niscaya kamu dapat melihatKu. Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh, dan Musapun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata: Maha Suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman." (QS. al A'raaf: 143)
Di sini, Allah SWT
berfirman:
"Hai Musa, sesungguhnya Aku memilih (melebihkan) kamu dari manusia yang lain (di masamu) untuk membawa risalahKu dan untuk berbicara langsung denganKu. Sebab itu berpegan teguhlah kepada apa yang Aku berikan kepadamu dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur." (QS. al A'raaf: 144)
Ketika Musa kembali kepada kaumnya
setelah beliau melakukan munajat kepada Rabbnya selama empat puluh malam, dan
mendapati kaumnya telah menyembah anak sapi yang dibuat oleh Samiri, dan
menjadikan anak sapi itu sebagai tuhan yang disembah, maka amarah beliaupun
segera meledak. Dan bersabda: "alangkah buruknya perlakuan kalian
sepeninggalku". Kemudian beliau melemparkan lembaran-lembaran yang terdapat di
dalamnya Taurat kalam Allah. Beliau melemparkan lembaran itu ke tanah, padahal
di dalamnya terdapat firman-firman Allah. Kemudian menarik kepala saudaranya,
Harun, kepadanya, padahal ia juga adalah rasul sepertinya jua. Dan saudaranya
itu berkata kepadanya: "Wahai saudara seibuku, mengapa engkau tarik jenggot dan
kepalaku, karena kaum kita itu menganggap aku lemah, dan mereka hampir
membunuhku, maka janganlah engkau jadikan musuh-musuh gembira melihatku, dan
janganlah jadikan aku dari kelompok orang yang zhalim.
Di sini Musa menyadari kemarahannya itu,
meskipun marahnya itu karena Allah SWT.
"Musa berdo'a: Ya Tuhanku, ampunilah aku dan sauadaraku dan masukkanlah kami ke dalam rahmat Engkau, dan Engkau adalah Maha Penyayang di antara para penyayang." (QS. al A'raaf: 151)
Al Quran juga menceritakan tentang
taubat Nabi Yunus a.s. Ketika beliau berdakwah kepada kaumnya untuk menyembah
Allah SWT namun mereka tidak menuruti dakwahnya itu. Maka Nabi Yunus tidak
merasa sabar menghadapi itu, dan marah terhadap kaumnya, kemudian beliaupun
pergi meninggalkan mereka. Kemudian Allah SWT ingin menguji beliau dengan cobaan
yang dapat membersihkannya, dan menampakkan sifat aslinya yang bagus. Serta
sejauh mana keyakinanya terhadap Rabbnya dan kejujurannya dengan Rabbnya. Beliau
kemudian menaiki sebuah kapal laut, di tengah laut kapal itu dihantam angin
besar, dan dipermainkan oleh ombak, dan mereka merasa bahwa mereka sedang berada
dalam bahaya yang besar. Para anak buah kapal berkata; kita harus mengurangi
beban kapal sehingga kapal ini tidak tenggelam. Dan akhirnya mereka harus
memilih untuk menceburkan sebagian orang yang berada di atas kapal itu agar para
penumpang yang lain selamat dari ancaman tenggelam itu. Hal itu dilakukan dengan
sistem undian. Kemudian undian itu jatuh kepada Yunus, dan beliaupun harus
mengikuti nasibnya itu. Maka beliaupun dilemparkan ke laut, dan kemudian ditelan
oleh seekor ikan paus, sambil mendapatkan kecaman karena ia marah terhadap
kaumnya serta meninggalkan mereka, karena putus harapan atas mereka. Tanpa
berupaya untuk terus mengulangi usahanya itu. Di dalam perut ikan paus itu,
keyakinan Yunus kembali menguat, dan beliau berdo'a dalam kegelapan yang
menyelimutinya itu: kegelapan laut, kegelapan malam, dan kegelapan perut ikan
paus, dengan kalimat-kalimat yang direkam oleh Al Quran ketika bercerita dengan
ringkas tentang Yunus ini:
"Dan (ingatlah) kisah Dzun Nun (Yunus) ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya atau menyulitkannya, maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: Bahwa tidak ada tuhan (yang berhak di sembah) selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim. Maka Kami telah memperkenankan do'anya dan menyelamatkannya daripada kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman." (QS. al Anbiyaa: 87-88)
Tiga kalimat pendek yang dipergunakan
oleh Yunus a.s., namun ketiganya mempunyai pengertian yang
besar:
Pertama: menunjukkan atas tauhid --tauhid uluhiyah--, yang
dengnnya Allah SWT mengutus para Rasul, menurunkan kitab-kitab, dan dengannya
pula berdiri surga dan neraka: "La Ilaha Illa Anta" "tidak ada tuhan (yang
berhak di sembah) selain Engkau".
Kedua: menunjukkan pembersihan Allah SWT dari seluruh
kekurangan. Ini adalah makna tasbih yang dilakukan langit dan bumi dan seluruh
makhluk. Karena segala sesuatu bertasbih dengan memuji-Nya. "Subhaanaka" "Maha
Suci Engkau".
Ketiga: Menunjukkan pengakuan atas dosa yang dilakukan. Tidak
menjalankan hak Rabbnya dengan sempurna serta menzhalimi diri sendiri karena
sikapnya itu. "Inni kuntu minazh zhaalimiin" "sesungguhnya aku adalah termasuk
orang-orang yang zalim " ini adalah tanda sebuah taubat.
Tidak heran jika kata-kata yang pendek
namun jujur dan ikhlas itu segera mendapatkan jawabannya di dunia ini, sebelum
di akhirat:
"Maka Kami telah memperkenankan do'anya dan menyelamatkannya daripada kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman." (QS. al Anbiya: 88)
Dan kata-kata yang mengandung tiga hal
ini: peng-esaan, pembersihan dan pengakuan, menjadi contoh bagi pujian dan do'a
ketika terjadi kesulitan. Hingga dalam hadits yang diriwayatkan oleh Tirmizi dan
ia mensahihkannya diriwayatkan:
"Do'a saudaraku Dzun Nun (Nabi Yunus) yang jika dibaca oleh orang yang sedang tertimpa bencana nisaya Allah SWT akan menghilangkan bencana dan kesulitannya itu: "Tidak ada tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang yang melakukan kezaliman".
Al Quran juga menuturkan kepada kita
tentang cerita taubat nabi Daud a.s. seperti diceritakan dalam surah Shaad.
Yaitu ketika dua orang yang sedang berselisih datang kepada beliau, dan memasuki
mihrab beliau, sehingga beliau terkejut melihat kedua orang itu. Keduanya
kemudian berkata:
"Janganlah kamu merasa takut (kami) adalah dua orang yang berperkara yang salah seorang dari kami berbuat zalim kepada yang lain ; maka berilah keputusan antara kami dengan adil dan janganlah kamu menyimpang dari kebenaran dan tunjukkilah kami ke jalan yang lurus. Sesungguhnya saudaraku ini, mempunyai sembilan puluh sembilan ekor kambing betina dan aku mempunyai seekor saja. Maka dia berkata: Serahkanlah kambingmu itu kepadaku, dan ia mengalahkan aku dalam perdebatan. Daud berkata: Sesungguhnya dia telah berbuat zalim kepadamu dengan meminta kambingmu itu untuk ditambahkan kepada kambingnya. Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebahagian mereka berbuat zalim kepada sebahagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh; dan amat sedikitlah mereka ini. Dan Daud mengetahui bahwa Kami mengujinya, maka ia meminta ampun kepada Tuhannya lalu menyungkur sujud dan bertaubat. Maka Kami ampuni baginya kesalahannya itu. Dan sesungguhnya dia mempunyai kedudukan dekat pada sisi Kami dan tempat kembali yang baik." (QS. Shaad: 22-25)
Kita lihat, apa kesalahan Nabi Daud
dalam kisah ini, yang dia sangka sebagai fitnah, dan cobaan bagi beliau,
kemudian beliau beristighfar kepada Rabbnya, serta tunduk sujud dan memohon
ampunan.
Yang tampak dalam kisah itu adalah: Nabi
Daud a.s. bertindak dengan tergesa-gesa serta tidak meneliti dahulu secara
mendalam, sehingga beliau terpengaruhi oleh dorongan emosi ketika mendengar
perkataan salah seorang yang sedang berselisih itu. Dan secara tergesa-gesa
memutuskan hukum dengan merugikan pihak lain, tanpa terlebih dahulu mendengar
alasan-alasannya, dan memberikan kesempatan kepadanya untuk membela dirinya
sendiri. Seorang hakim yang adil hendaknya tidak terperdaya oleh ucapan satu
pihak yang sedang berselisih atau penampilannya. Hingga ia telah meneliti dan
menyelidikinya dengan seksama, dan mendengar dari seluruh pihak yang berselisih
dan adanya dalil yang mendukung ucapan masing-masing. Oleh karena itu ada yang
mengatakan: Jika salah seorang yang sedang berselisih datang kepadamu dan sambil
memperlihatkan satu matanya yang luka, maka tunggullah hingga engkau juga
melihat lawan perkaranya, karena barangkali justru lawannya itu kedua matanya
luka!
Oleh karena itu, datang perintah Tuhan
agar Daud tidak cepat terpengaruh oleh emosinya dalam menetapkan suatu hukum.
Dalam firman Allah SWT:
"Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia denga adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah." (QS. Shaad: 26)
Apakah kedua orang yang sedang
berselisih itu adalah memang manusia, atau dua malaikat yang menyamar sebagai
manusia, datang untuk menguji nabi Daud, kemudian keduanya lenyap tanpa
bekas?
Apapun kemungkinannya, namun pengertian
dan tujuannya adalah sama. Namun itu tidak dapat dijadikan sebagai suatu bentuk
metafor, dan sebagai sindiran bagi Daud sendiri, karena ia menginginkan istri
tetangganya sendiri, seperti digambarkan oleh kisah-kisah Israiliat yang
menampilkan dengan buruk perjalanan para Rasul dan Nabi-nabi. Hingga dalam kisah
Israiliat itu para Nabi telah jatuh dalam tindakan-tindakan yang orang biasa
saja tidak mau melakukannya, maka bagaimana mungkin terjadi bagi seseorang yang
Allah SWT tundukkan gunung-gunung untuk bertasbih bersamanya pada sore dan pagi
hari. Tentangnya Allah SWT berfirman:
"Dan ingatlah hamba Kami Daud yang mempunyai kekuatan; sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhan)"."Dan sesungguhnya dia mempunyai kedudukan dekat pada sisi Kami dan tempat kembali yang baik".
Ayat-ayat yang berkaitan dengan taubat
banyak terdapat dalam al Quran, dan dalam halaman selanjutnya ayat-ayat itu akan
kami ungkapkan. Insya Allah.
0 komentar:
Posting Komentar